Opini

Catatan Akhir dari Makkah: Selamat Tinggal, Makkah, Kami Akan Merindumu

Oleh: Taufik Hasyim


Tak lama lagi, kami rombongan kelompok terbang (Kloter) 106 SUB akan meninggalkan kota Makkah. Meskipun seakan- seakan biasa-biasa saja, namun tak bisa dipungkiri hati ini bergetar, bergejolak penuh nestapa nan luka mendalam, sebab tak terasa waktu berpisah dengan kota Makkah penuh berkah sudah tiba. Berat rasanya harus berpisah dengan kota penuh sejarah di mana hampir satu bulan lamanya kami melakukan ritual-ritual suci perintah Allah SWT. yaitu haji dan umrah, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, lontar jumroh dan ritual-ritual lain telah kami laksanakan dengan khusyuk,  khudlur dan penuh pengharapan akan dihapusnya dosa-dosa masa lalu.

Tak terbayang, bagaimana kami harus melakukan tawaf wada’ (tawaf pamitan) sebagai tanda perpisahan dengan Ka’bah al-Musyarrafah, sedang kami masih ingin berlama-lama. Tak dapat kami bayangkan saat selesainya tawaf wada’ kami harus pergi melambaikan tangan pada Ka’bah sembari berjalan menjauhinya untuk menuju tujuan dalam menjalani takdir kehidupan yang sudah tertulis di lauhmahfuz.

Sedihnya hati ini harus berpisah dengan kiblat umat Islam sedunia itu. Pedihnya perpisahan akan kami rasakan, namun begitulah realitas kehidupan: di mana ada pertemuan, di situ ada perpisahan.

Doa kami tentunya, hanya berharap agar haji kami betul bernilah di hadapan Allah, ibadah kami menjadi ibadah yang makbul.

Di hati ini berkata, “Wahai mathaf (tempat tawaf), saksikan bahwa kami pernah tawaf; wahai mas’a (tempat sai), saksikan bahwa kami pernah bersai.

Wahai Masjidilharam, kami tahu bahwa semua wali Allah pernah iktikaf dan salat di pelataranmu; kami juga tahu bahwa hampir semua para nabi juga pernah salat di dalammu, maka saksikanlah bahwa kami juga pernah melakukan ritual-ritual ibadah sebagai tanda kami ikut sunah Nabi Ibarahim as.”

Di hati kecil kami berkata: “Ya Allah, kami datang ke Makkah dengan penuh dosa, namun kami yakin bahwa rahmat-Mu lebih luas ketimbang dosa-dosa kami.

Ya Allah, kami datang dari negeri kami yang jauh meninggalkan keluarga, anak, saudara, famili, kerabat demi memenuhi panggilan-Mu. Kami juga telah meluangkan waktu, tenaga pikiran bahkan biaya tidak sedikit. Betapa ruginya kami jika ibadah kami ini sia-sia.

Ya Allah, jadikan haji kami haji yang mabrur, umrah yang maqbul, usaha yang tidak sia-sia, dan kembalikan kami ke negeri kami dan keluarga kami seperti anak kecil yang baru lahir dari rahim ibunya karena bersih dari dosa.”

Selamat tinggal, Makkah. Insyaallah kami akan selalu merindumu dan dengan izin Allah kami akan kembali padamu.