Pendahuluan
Nahdlatul Ulama (NU) bukan sekadar organisasi keagamaan, tetapi sebuah gerakan keislaman yang memiliki akar sejarah panjang dalam membangun peradaban, menjaga keutuhan bangsa, serta memperjuangkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Sejak didirikan pada 31 Januari 1926 oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama pesantren, NU telah membuktikan kiprah dan kontribusinya dalam berbagai bidang, mulai dari keagamaan, sosial, pendidikan, politik kebangsaan, hingga kemandirian ekonomi.
Khidmah (pengabdian) kepada NU bukan hanya sebatas loyalitas organisatoris, tetapi juga bagian dari perjuangan menjaga tradisi Islam Ahlussunnah wal Jama’ah serta membangun peradaban yang berkeadaban. Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana kita dapat mempersembahkan khidmah terbaik bagi NU dengan memahami sejarah perjuangannya, peran dalam membangun peradaban global, serta kontribusinya di berbagai sektor.
Sejarah dan Perjuangan NU
NU lahir sebagai respons atas dinamika sosial-politik yang terjadi pada awal abad ke-20. Pada masa itu, dunia Islam menghadapi gelombang reformasi yang cenderung puritan, serta kolonialisme yang masih mencengkeram banyak wilayah, termasuk Indonesia. Para ulama pesantren merasa perlu membentuk wadah perjuangan yang mampu mempertahankan Islam tradisional (Ahlussunnah wal Jama’ah) dan sekaligus berjuang untuk kemerdekaan bangsa.
Salah satu tonggak sejarah penting NU adalah dikeluarkannya Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, yang menjadi pemantik perlawanan rakyat terhadap agresi militer Belanda. Resolusi Jihad ini menegaskan bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah kewajiban agama (fardhu ‘ain) bagi setiap muslim. Peristiwa ini kemudian menjadi cikal bakal peringatan Hari Santri Nasional yang kita kenal saat ini.
Karakteristik Nahdlatul Ulama
NU memiliki karakteristik yang membedakannya dari organisasi Islam lainnya. Beberapa ciri khas NU antara lain:
1. Berpegang teguh pada Ahlussunnah wal Jama’ah
NU menganut paham Aswaja dengan pendekatan moderat (tawassuth), seimbang (tawazun), toleran (tasamuh), dan adil (i’tidal).
2. Berbasis pada Pesantren
Pesantren merupakan pusat pendidikan Islam dan kaderisasi ulama NU. Pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga nilai-nilai kebangsaan dan kemandirian.
3. Menjunjung Tinggi Nilai Kebangsaan
Sejak awal berdirinya, NU telah menegaskan komitmennya terhadap NKRI dan Pancasila sebagai dasar negara. NU menolak ideologi transnasional yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan.
4. Memiliki Tradisi Keilmuan yang Kuat
NU menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan terus mendorong lahirnya ulama serta intelektual muslim yang mampu menjawab tantangan zaman.
Kontribusi NU dalam Peradaban Global
Sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, NU memiliki pengaruh yang signifikan dalam percaturan global. NU aktif dalam dialog lintas agama, diplomasi Islam moderat, serta penguatan gerakan Islam yang damai dan toleran.
NU juga berperan dalam menyebarkan konsep Islam Nusantara, yang menekankan pada kearifan lokal, harmoni sosial, dan toleransi. Konsep ini mendapat apresiasi dari berbagai negara karena dianggap sebagai model Islam yang mampu merajut keberagaman tanpa mengorbankan nilai-nilai keislaman.
Politik Kebangsaan NU
NU sejak awal telah terlibat dalam politik kebangsaan, tetapi selalu menempatkan kepentingan umat dan bangsa di atas segalanya. NU menegaskan bahwa politik harus dimaknai sebagai siyasah atau strategi untuk mewujudkan kemaslahatan umat.
Pada 1984, NU memutuskan kembali ke Khittah 1926, yakni tidak terlibat dalam politik praktis, tetapi tetap berperan dalam memberikan arahan moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. NU mendukung kebijakan yang pro-rakyat, memperjuangkan keadilan sosial, dan menolak segala bentuk intoleransi dan radikalisme.
Merawat Jagad, Membangun Peradaban
Salah satu konsep besar yang diusung NU dalam beberapa dekade terakhir adalah “Merawat Jagad, Membangun Peradaban.”Konsep ini berangkat dari keyakinan bahwa Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minallah), tetapi juga hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas) dan dengan alam semesta (hablum minal alam).
Dalam konteks ini, khidmah kepada NU harus diwujudkan dengan kepedulian terhadap lingkungan, sosial, dan pembangunan peradaban yang inklusif.
1. Merawat Alam sebagai Amanah
NU memandang bahwa menjaga alam adalah bagian dari ibadah. Dalam berbagai forum, NU telah menegaskan pentingnya gerakan ramah lingkungan, baik melalui pesantren ekologis, fatwa tentang kelestarian lingkungan, maupun gerakan konkret seperti penanaman pohon dan pengelolaan sampah berbasis komunitas.
Sebagai warga NU, kita bisa berkontribusi dengan cara sederhana. Seperti mengurangi penggunaan plastik, mendukung energi terbarukan, serta memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana.
2. Menjaga Keharmonisan Sosial
Merawat jagad tidak hanya berarti menjaga alam, tetapi juga menjaga harmoni sosial. NU berperan dalam merajut keberagaman Indonesia dengan semangat Islam yang toleran dan damai.
Di tengah maraknya polarisasi sosial dan politik, NU harus menjadi perekat yang menjaga ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan antar-manusia).
3. Membangun Peradaban Berbasis Nilai Aswaja
Peradaban tidak dibangun hanya dengan kemajuan teknologi, tetapi juga dengan nilai-nilai moral dan spiritual. NU harus terus mendorong pendidikan berbasis akhlak, ekonomi yang berkeadilan, serta kebijakan publik yang berpihak pada kesejahteraan bersama.
Makna Khidmah dalam Tradisi NU
Dalam tradisi NU, khidmah tidak hanya berarti pelayanan, tetapi juga bentuk pengabdian ikhlas kepada agama, umat, dan bangsa. Khidmah dalam NU memiliki dimensi luas. Meliputi pendidikan, dakwah, sosial, ekonomi, hingga politik kebangsaan. Setiap pengabdian yang didasarkan pada keikhlasan dan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah akan menjadi bagian dari perjuangan besar NU dalam menjaga keutuhan Islam dan keindonesiaan.
Khidmah melalui Pendidikan dan Dakwah
Salah satu bentuk khidmah utama dalam NU adalah melalui pendidikan dan dakwah. Pesantren, madrasah, dan lembaga pendidikan NU telah menjadi pusat pembentukan karakter umat yang berlandaskan akhlakul karimah. Sebagai warga NU, kita dapat memberikan khidmah dengan mendukung pendidikan Islam yang berkualitas, baik sebagai pendidik, santri, maupun donatur bagi lembaga-lembaga pendidikan NU.
Dalam dakwah, NU dikenal dengan pendekatan yang moderat, santun, dan mengedepankan nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin. Para dai NU harus senantiasa menyampaikan Islam dengan penuh hikmah, menghindari ujaran kebencian, serta mempersatukan umat dalam kebersamaan dan toleransi.
Khidmah dalam Bidang Sosial dan Ekonomi
Salah satu tantangan besar NU adalah kemandirian ekonomi. NU telah banyak berupaya membangun ekosistem ekonomi berbasis jamaah. Seperti melalui koperasi NU, Baitul Maal wat Tamwil (BMT), dan berbagai program pemberdayaan ekonomi pesantren.
Warga NU harus semakin sadar akan pentingnya ekonomi sebagai pilar perjuangan. Kita bisa berkhidmah dengan mendukung ekonomi umat, serta mengembangkan usaha yang berbasis kemandirian dan keberpihakan pada masyarakat kecil.
NU memiliki tanggung jawab besar dalam pemberdayaan sosial dan ekonomi umat. Melalui berbagai lembaga seperti Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) serta program-program ekonomi berbasis kemandirian, NU berupaya mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai warga NU, kita bisa berkhidmah dengan cara mendukung program pemberdayaan ekonomi umat, serta terlibat dalam koperasi-koperasi syariah, serta aktif dalam kegiatan sosial yang membantu kaum duafa.
Khidmah dalam Menjaga Keutuhan NKRI
Sebagai organisasi yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat, NU selalu berada di garis terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI. NU meyakini bahwa Islam dan nasionalisme bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi justru saling menguatkan.
Khidmah terbaik dalam aspek ini dapat dilakukan dengan cara aktif dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam lingkungan sekitar, serta menjaga persatuan di tengah keberagaman.
Menjadi Kader NU yang Berkhidmah dengan Ikhlas
Khidmah dalam NU harus dilandasi oleh keikhlasan. Bukan sekadar mencari popularitas atau kepentingan pribadi. Keikhlasan inilah yang menjadi energi utama NU bertahan dan berkembang lebih dari satu abad.
Setiap warga NU, baik yang berada di struktur organisasi maupun di luar struktur, memiliki peran penting dalam menjaga dan mengembangkan perjuangan NU. Dengan bekerja dalam bidang masing-masing. Sebagai ulama, akademisi, profesional, atau masyarakat biasa. Setiap individu dapat mempersembahkan yang terbaik bagi NU dan umat.
Penutup
Mempersembahkan khidmah terbaik untuk NU bukan hanya sekadar aktif dalam struktur organisasi, tetapi juga dengan berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing. Baik sebagai ulama, akademisi, pengusaha, maupun masyarakat umum, setiap warga NU memiliki peran penting dalam mengembangkan dan menjaga muruah NU.
Dengan memahami sejarah, karakteristik, kontribusi global, politik kebangsaan, serta pentingnya kemandirian ekonomi, kita bisa semakin menyadari bahwa NU bukan hanya organisasi, tetapi gerakan peradaban yang harus terus diperjuangkan.
Sebagai bagian dari NU, mari kita terus merawat jagat dan membangun peradaban demi masa depan Islam, bangsa, dan dunia yang lebih baik.
Oleh: Moh. Wahyudi
(Wakil Sekretaris PCNU Pamekasan, Sekretaris MWCNU Tlanakan dan Inisiator Ngormat Nusantara.)