PAMEKASAN – Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Zulfa Mustofa, merilis sejumlah temuan mengenai perkembangan terkini dalam tubuh Idaroh Aliyah (pengurus pusat) Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (Jatman). Kiai Zulfa merilisnya melalui surat “Penjelasan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Tentang Status Kepengurusan Jatman Masa Khidmat 2018-2023” yang memuat hasil pengumpulan keterangan serta bukti-bukti keorganisasian. Di antara temuan dalam surat yang ditandatangani oleh KH Zulfa Mustofa dan H Lukman Hakim, Wakil Sekretaris Jenderal, tersebut ialah berakhirnya kepengurusan Jatman saat ini yang jatuh pada 28 September 2023.
Sebelum itu, Senin (02/09/2024), rombongan mursyid tarekat senior Jatman menemui Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau yang lebih akrab disapa Gus Yahya. Pada pertemuan itu, para mursyid melaporkan kondisi terkini organisasi. Menindaklanjuti laporan ini, Gus Yahya menunjuk KH Zulfa Mustofa, Wakil Ketua Umum yang membidangi keagamaan dan hubungan antar lembaga, agar menggelar pertemuan Idaroh Wustho (pengurus wilayah) Jatman seluruh Indonesia guna bermusyawarah mencari solusi bagi permasalahan organisasi. Tidak hanya itu, juga PBNU bersedia menyokong pertemuan tersebut agar mendapatkan masukan yang lebih lengkap dari semua Idaroh Wustho.
Meski demikian, langkah PBNU ini oleh sebagian anggota Jatman dinilai tidak tepat, karena menggunakan pendekatan struktur hirarki organisasi. Sebagai organisasi tasawuf, penyelesaian persoalan di Jatman seharusnya diselesaikan melalui pendekatan keulamaan.
Menanggapi komentar terhadap langkah yang ditempuh PBNU tersebut, KH Muhammad Muddatstsir Badruddin, melalui keterangan tertulisnya yang diterima Media NU Pamekasan, Ahad (15/09/2024), mengajak agar orang-orang NU berpedoman terhadap Al-Qur’an dan meneladani Rasulullah Muhammad saw saat menyikapi masalah serta menjauhi suuzan.
Hal ini, menurut Rais PBNU tersebut, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12: إن بعض الظن إثم. ولا تجسسوا ولا يغتب بعضكم بعضا (…karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.) dan surat Al-Ahzab ayat 21: لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة (sungguh, pada [diri] Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu).
“Kenapa [orang-orang] NU seakan berpaling, pura-pura lupa dengan ayat-ayat ini? Kalau bukan NU, siapa yang akan mengamalkan semua itu. Kalau NU melenceng dari garis-garis Al-Qur’an dan sunah, akan hancur. Kasihan KH Hasyim [Asy’ari], KH Abd Wahab [Hasbullah], KH Bisyri Syansuri dll, dan kasihan para kiai di akar rumput, menangis lahir batin,” lanjut pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Panyeppen, Palengaan, Pamekasan itu di akhir tulisannya.
Reporter: Ahnu
Editor: Redaktur